Rabu, 07 November 2012

Biologi Rayap




 Berdasarkan sejarah evolusinya, rayap digolongkan sebagai hewan primitif.  Rayap merupakan salah satu serangga sosial yang paling berhasil mempertahankan populasinya. Sumber makanannya berupa selulosa, yang merupakan materi paling berlimpah yang ada di bumi sementara organisme lain tidak dapat menggunakan selulosa sebagai sumber makanannya (Robinson, 1996).
Kelangsungan hidup populasi rayap tergantung pada kondisi terpenting, yaitu kestabilan suhu dalam sarang dan keseimbangan kadar air. Pemecahan masalah ini benar-benar sempurna. Papan-papan paralel dibuat di areal atap sarangnya. Papan-papan yang terbuat dari lumpur tersebut mampu menyerap kandungan air yang dikeluarkan oleh tubuh rayap. Air ini menguap akibat panas di bagian dalam dan keluar menuju bagian atas melalui celah-celah pengatur kondisi udara pada sarang tersebut. Penguapan ini menurunkan suhu dalam sarang dan juga menjamin kesinambungan sirkulasi udara. Panel-panel dalam sarang rayap melakukan fungsinya sebagai pengatur kondisi udara secara sempurna tanpa cacat  (Khairuddin Bima, 2007).
Tubuh rayap, seperti pada umumnya tubuh serangga, ditutupi oleh suatu lapisan tipis epitikula yang tersusun dari lilin (parafin). Lapisan ini berfungsi untuk mencegah rayap dari kekeringan, menjaga kelembaban, dan mencegah infeksi oleh organisme lain. Tubuh terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada (toraks), dan abdomen. Setiap bagian memiliki ruas yang jelas kecuali pada bagian kepala. (Krishna, 1969).

Rayap mengalami metamorphosa gradual atau bertahap. Kelompok hewan ini pertumbuhannya melalui tiga tahap, tahap telur, tahap nimfa dan tahap dewasa (Hasan, 1986). Telur Rayap berbentuk silinder dengan ukuran panjang yang bervariasi antara 1-1,5 mm. Telur akan menetas setelah berumur 8-11 hari. (Nandika dkk, 2003).
Morfologi rayap mirip dengan semut namun terdapat perbedaan yang sangat mendasar.  Secara morfologi, pada bagian tubuh semut terlihat dengan jelas batas antara bagian toraks (dada) dan abdomen (perut).  Pada rayap batas-batas bagian tubuh tidak terlihat dengan jelas. Semut  dan lebah memiliki sepasang sayap yang berbeda ukurannya. Sayap bagian depan lebih besar dibandingkan sayap bagian belakang. Semut termasuk ke dalam ordo Hymenoptera (bersayap selaput) (Tarumingkeng, 2001).

Pada rayap, individu yang bersayap umumnya disebut dengan laron yang memiliki sepasang sayap berukuran sama dan jika dalam keadaan diam sayap akan terlipat memanjang lurus ke belakang. Dengan struktur sayap seperti ini, maka rayap digolongkan dalam ordo Isoptera (bersayap sama). Individu rayap tanpa sayap berwarna keputih-putihan yang mirip dengan semut, sehingga rayap disebut juga semut putih. Ukuran tubuh rayap bervariasi sesuai dengan jenisnya yaitu sekitar  4 – 11 mm (Tarumingkeng, 2001).

Kemampuan rayap melakukan adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan menyebabkan penyebaran rayap di dunia menjadi sangat luas. Di daerah tropika, rayap ditemukan mulai dari pantai sampai ketinggian 3000 meter di atas permukaan laut. Penyebaran ke daerah temperate telah berlangsung, sehingga mencapai batas 50°LU dan 50°LS. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan populasi rayap meliputi curah hujan, suhu, kelembaban, ketersediaan makanan dan musuh alami. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Kelembaban dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap (Nandika dkk 2003).   

Berdasarkan sifat penyerangannya rayap tanah cenderung menyukai lokasi yang memiliki kelembaban yang tinggi. Dalam suatu rumah, bahan-bahan konstruksi kayu yang diduga sering terkena bocoran air hujan serta lokasi yang lembab seperti di daerah kamar mandi merupakan bagian yang dominan terkena serangan rayap tanah. Sementara itu, rayap kayu kering tidak terlalu memerlukan kondisi yang lembab pada daerah serangannya karena jenis rayap ini mampu membuat kelembaban di dalam kayu yang diserang (Siregar dan Batubara, 2007).

Rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk diperhatikan (Tambunan dan Nandika (1989) yaitu:
a.        Sifat trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan pertukaran bahan makanan. 
b.       Sifat cryptobiotic, yaitu sifat rayap yang menjauhi cahaya. 
c.        Sifat canibalism, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah atau sakit. Sifat ini lebih menonjol dalam keadaan kekurangan makanan. 
d.         Sifat necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya. 

Taksonomi  Rayap
Taksonomi atau penggolongan jenis-jenis rayap merupakan salah satu misteri dunia insekta karena tingginya tingkat kemiripan antar jenis rayap dalam masing-masing famili. Pada umumnya rayap yang terdapat dalam satu kategori memiliki kemiripan dalam hampir semua segi perilakunya, sehingga metoda pengendalianya pun dapat disamakan. Taksonomi Rayap adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Fillum       : Arthropoda
Kelas        : Insekta
Ordo         : Isoptera
Famili       : Rhinotermitidae , Termitidae
Genus       : Macrotermes , Coptotermes
Spesies     : Macrotermes sp , Coptotermes curvignatus              

Sistem Kasta
Rayap hidup dalam suatu komunitas yang disebut koloni. Setiap koloni rayap terdapat lebih dari satu juta serangga dibagi menjadi kelompok-kelompok khusus yang disebut kasta. Masing-masing kasta mempunyai bentuk dan peran yang berbeda-beda. Menurut Nandika (2003) kasta dalam rayap terdiri dari 3 (tiga) kasta yaitu:
           a.   Kasta Reproduktif
Kasta ini terdiri atas individu-individu fertil yaitu betina (ratu) dengan ciri-ciri abdomen yang membesar (Gambar 2.1) yang tugasnya bertelur dan jantan (raja), tugasnya hanya membuahi ratu. Jantan fertil tidak harus selalu membuahi betina fertil. Betina fertil memiliki kantung yang dapat menyimpan sperma dari jantan fertil. Ukuran ratu umumnya sebesar jempol pria dewasa bahkan lebih sedangkan raja hanya 1/10 dari ukuran ratu. Telurnya mencapai ± 36000 sehari bila koloninya sudah berumur ± 5 tahun.  Ratu rayap dapat hidup sampai dengan 20 tahun, bahkan lebih (Prasetyo, 2005)
  
Gambar 2.1. Ratu dan raja rayap subteran (https://www.google.co.id/10/10/2012) 

Selama hidup ratu hanya bertelur, tetap berada di inti sarang dan tidak keluar sampai akhir hayatnya. Biasanya ratu dan raja adalah individu pertama pendiri koloni. Pasangan ini disebut sebagai pasangan reproduktif primer. Dalam satu koloni hanya ada satu ratu dan raja. Jika raja dan ratu mati, koloni akan membentuk betina dan jantan fertil baru dari individu lain, biasanya dari kasta pekerja. Pasangan baru ini disebut sebagai pasangan reproduktif suplementer atau neoten. Abdomen dari betina reproduktif suplementer tidak sebesar abdomen betina pada reproduktif primer (Tarumingkeng, 2005). bersayap dan merupakan pendiri koloni. Richard dan Devies (1996) dalam Rismayadi dan Arinana (2007) menyatakan bahwa neoten muncul segera setelah kasta reproduktif primer mati atau hilang karena fragmentasi koloni.  Selanjutnya, neoten menggantikan fungsi kasta reproduktif primer untuk perkembangan koloni.  
b.  Kasta Prajurit
Kasta prajurit jumlahnya ± 15% dari seluruh anggota koloni. Tugasnya menjaga dan menemani rayap pekerja di sekitar sumber makanan untuk berjaga dari serangan predator. Bentuk tubuh kekar karena penebalan (sklerotisasi) kulitnya agar mampu melawan musuh dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup koloni. Prajurit rayap biasanya dilengkapi mandibel (rahang) yang berbentuk gunting (Gambar 2.1). Pada beberapa jenis rayap dari famili Termitidae seperti Macrotermes sp. terdapat prajurit dimorph (dua bentuk) yaitu prajurit besar (makro) dan prajurit kecil (mikro) (Taruminkeng, 2005). 
 
Gambar 2.2. Rayap prajurit Macrotermes gilvus   (https://www.google.co.id/10/10/2012)

             c.  Kasta Pekerja

Kasta ini membentuk sebagian besar koloni rayap. Kurang lebih 85% populasi dalam koloni merupakan individu-individu pekerja (Gambar 2.3). Dari ketiga kasta rayap, hanya kasta pekerjalah  yang merusak bangunan. Memiliki warna tubuh pucat  dan mengalami penebalan di bagian kutikula (Borror dan De Long,1971). Tugasnya mencari makanan dan mengangkutnya ke sarang, membuat  terowongan, menyuapi dan membersihkan reproduktif dan prajurit, membersihkan telur-telur, membunuh dan memakan rayap yang tidak produktif lagi (karena sakit, sudah tua atau juga mungkin karena malas), baik reproduktif, prajurit maupun kasta pekerja sendiri  (Tarumingkeng, 2001).
 
 Gambar 2.3. Rayap pekerja Macrotermes gilvus   (https://www.google.co.id/10/10/2012).




Tidak ada komentar:

Posting Komentar